Padang (Unand) – Gubernur Provinsi Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah bersama Dinas Kehutanan (Dishut) Provinsi Sumbar telah meresmikan acara Festival Perhutanan Sosial Balanjuang Durian di Batu Busuk, kelurahan Lambung Bukit, kecamatan Pauh pada Sabtu (15/10). Acara festival ini diadakan dalam rangka mendorong suksesnya program perhutanan sosial di Sumatera Barat.

Pada kesempatan ini, Kepala Dinas Kehutanan, Yozarwardi U.P, S.Hut, M.Si., sekaligus secara resmi meluncurkan Sistem Informasi Perhutanan Sosial (SIP) dalam bentuk layanan informasi berbasis web untuk mendukung peningkatan potensi perhutanan sosial.

Sementara acara festival Balanjuang Durian, merupakan salah satu kegiatan promosi yang ditawarkan oleh pengelola Hutan Kemasyarakatan (HKm) Padang Janiah, dibawah binaan Tim Pengabdian Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas bersama dengan Tenaga Ahli dari World Resource Institute (WRI).

Acara yang dilaksanakan sehari penuh tersebut dihadiri lebih dari 150 orang, yang mencakup berbagai stakeholder, NGO, dan OPD terkait. Selain peluncuran SIP tersebut, juga disampaikan tentang pengembangan Ekowisata HKm dan Inisiasi Pusat Penelitian Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) di wilayah HKm Padang Janiah ini.

Wakil Rektor IV Universitas Andalas Dr. Hefrizal Handra, M.Soc menyambut baik program perhutanan sosial dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat tersebut serta sangat mendukung pengembangan Sistim Informasi yang sudah dibuat tersebut. Hal ini jelas akan sangat membantu meningkatkan potensi seluruh sumberdaya yang ada dalam wilayah HKm untuk kesejahteraan masyarakat khususnya di kawasan sekitar hutan.

Lebih lanjut, disampaikannya Universitas Andalas sebagai lembaga pendidikan tinggi berkepentingan dalam menghilirisasikan hasil riset dari dosen dan juga mahasiswa. “Batu Busuk merupakan salah satu kawasan di sekitar kampus Universitas Andalas yang menjadi mitra dampingan dari tim dosen maupun mahasiswa baik untuk kegiatan penelitian maupun pengabdian masyarakat," ujarnya.

Ditambahkannya perhutanan sosial yang melibatkan ekowisata di dalam kawasan HKm merupakan salah satu bagian dari pendampingan wisata Batu Busuk yang dilakukan oleh tim dosen Universitas Andalas di bawah LPPM.

Sementara itu, Gubernur Mahyeldi mengatakan pada Sistem Informasi Perhutanan (SIP) ini nanti akan terkumpul data seluruh perhutanan sosial di Sumbar. “Jadi kita tahu mana petanya mana batasnya, kita tahu potensi nya apa saja,” ujarnya.

Gubernur mengungkapkan Sumbar memiliki 242 ribu hektare daerah perhutanan sosial. “Luasnya kawasan hutan sosial ini dapat digarap untuk menunjang perekonomian masyarakat,” Ia juga mengungkapkan kalau pendapatan masyarakat dari perhutanan sosial menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi Usama Putra menjelaskan acara Festival Perhutanan Sosial ini ditujukan untuk percepatan pengembangan perhutanan sosial dengan melibatkan banyak pihak mulai dari kalangan akademisi hingga tokoh masyarakat.

“Pada festival ini kita luncurkan sistem perhutanan berbasis digital. Ini merupakan layanan informasi berbasis web. Jika kita ingin tahu di mana saja terdapat madu lebah, bisa diakses lewat SIP,” terang Yozarwardi.

Khusus untuk Padang Janih disampaikannya, terdapat areal perhutanan sosial seluas 70 hektare yang mayoritas ditanami durian oleh masyarakat. “Durian lokal ini punya keunggulan masing-masing yang semua rasanya lezat” ungkapnya.

Sebelum melanjutkan perjalanan ke kawasan wisata HKm Padang Janiah, Gubernur Mahyeldi mengunjungi berbagai stand produk dari semua kelompok usaha perhutanan sosial se Sumatera Barat. Beliau berkenan mendatangi tiga mitra binaan Unand yaitu kelompok bank sampah Batu Busuk Saiyo dengan produknya seperti ecoenzyme dan produk kreatif berbahan dasar sampah, Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Galo-galo, dan KUPS Gaharu.

Secara khusus Gubernur mencicipi dua jenis teh gaharu plus yang merupakan inovasi dari tim dosen LPPM UNAND dan mengakui bahwa kedua teh tersebut memiliki cita rasa yang khas dan enak. ‘Kapan semua perizinan dan sertifikasi teh gaharu ini selesai’ tanya beliau. Beliau sangat mendukung dan mengapresiasi produk inovasi dari LPPM UNAND tersebut dan berkeinginan menjadikan kedua produk teh tersebut sebagai minuman di acara-acara resmi pemerintah daerah provinsi Sumbar.

Secara khusus Gubernur Mahyeldi mendukung pengembangan agrowisata Batu Busuk dengan mempromosikan dan mengajak masyarakat agar berwisata ke Batu Busuk. ‘Saya mengajak masyarakat agar berwisata ke Batu Busuk, di sini bisa memanjakan mata dengan pemandangan alam yang indah dan juga memanjakan selera dengan durian enak yang ada di Padang Janiah’ ajak beliau. Ada dua kawasan wisata yang diluncurkan pada hari itu yaitu ekowisata Padang Janiah untuk menikmati kawasan hutan dengan perkebunan durian alamnya dan agroeduwisata galo-galo. Kedua jenis wisata tersebut menurut WR IV UNAND merupakan bagian dari kegiatan pengembangan wisata Batu Busuk yang didampingi oleh LPPM Unand bekerjasama dengan WRI, PT Semen Padang dan Dinas Kehutanan provinsi Sumbar. (*)