Padang (UNAND) – Dosen Komunikasi Politik Universitas Sahid Jakarta Dr. Marlinda Iswantri Poernomo SE, MSi menjadi narasumber pada kuliah umum di Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas di Ruang Sidang Dekanat FISIP, Selasa (3/4) lalu.

Kuliah Umum bertajuk “Mempertajam Daya Pikir Perempuan Memahami Politik dalam Berdemokrasi” di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP, UNAND yang dibuka oleh Kepala Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Unand, Dr. Sarmiati. M.Si.

Turut hadir Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Diego. S I.Kom. M.Sos, dan para dosen Ilkom, dimoderatori oleh Koordinator Kosentrasi TV dan Film, M.A.Dalmenda. M.Si. yang diikuti 65 mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi yang tengah mengikuti mata kuliah komunikasi politik dan Humas Politik.

Dr. Marlinda Iswantri yang dulu kesohor sebagai penyiar TVRI dengan nama terkenal Linda Poerrnomo ini juga pernah berlaga digelanggang perpolitikan dengan puncak karier politiknya sebagai anggota DPR-RI periode 2014-2019 pada komisi X.

Ia menyampaikan realitas  dalam ranah untuk membangun demorasi di Indonesia saat ini masih saja tingkat partisipasi perempuan dalam berpolitik tergolong rendah., yang dibuktikan dengan terlihat dari tingkat keterwakilan perempuan di parlemen, lembaga-lembaga tinggi negara, pemerintah, partai politik termasuk di organisasi lainnya yang masih minim.

“Ini suatu keprihatinan bersama yang perlu disikapi secara bersama pula terutama bagi kaum perempuan,” ujarnya.

Ditambahkannya, negara sudah memberikan kesempatan terhadap kaum perempuan di legislatif dengan quota 30 persen, ketersediaan peluang tersebut tidak terpenuhi dan lebih mirisnya semakin terjadi penurunan jumlahnya dari pusat hingga ke daerah.

“Ini perlu disikapi secara cerdas, semakin menurun  maka semakin rendah daya juang untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam berdemokrasi, saatnya mahasiswa untuk lebih meningkatkan kepedulian dan mempertajam analisis politiknya untuk menyikapi berbagai yang terjadi di ruang publik,” terang istri dari Dr. Abdullah Puteh  Gubernur Prov. Nanggroe Aceh pada masanya.

Lebih lanjut dikatakannya kondisi ini dipercaya oleh para pejuang perempuan berimplikasi langsung pada kebijakan-kebijakan negara yang cenderung (kurang) mengakomodir kebutuhan dan kepentingan perempuan. “Jumlah keterwakilan yang rendah juga sangat berpengaruh terhadap proses pengambilan sebuah keputusan yang bersentuhan dengan kepentingan masyarakat,” ujarnya.

Diungkapkannya, perempuan Minangkabau dari dulunya adalah pejuang yang terkenal, sebut saja Rasuna Said, Rohana Kudus, Siti Manggopoh, Inyiak Upiak Palantiang, Rahma El Yunusiyah. Sederet itu berpartisipasi aktif berperan dan pengaruh pada masanya. “Ini tonggak sejarah bagi perempuan Minangkabau yang tak boleh terlupakan lintas generasi,, Ini spirit bagi perempuan Minangkabau,” tegas penulis buku Kiprah Perempuan Parlemen.

Penghujung diskusi, anak dari Prof. Dr. Bambang Poernomo, SH ini mengingatkan mahasiswa, selain mengikuti tugas wajib mengikuti perkuliahan sangat penting juga berorganisasi untuk melengkapi mengasah keterampilan berorganisasi dan kemampuan berkomunikasi sebagai bekal kelak setelah menyelesaikan studi sebagai seorang sarjana agar nantinya menjadi sosok yang spesialis dalam bidangnya dan bukan menjadi  generalis kebanyakan orang.(*)

Humas dan Protokol UNAND