Padang (UNAND) – Dekan Fakultas Keperawatan (Fkep) Universitas Andalas Prof. Hema Malini, SKp, MN, Ph. D dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Keperawatan Medikal Bedah.

Disamping dikukuhkan sebagai guru besar tetap bidang ilmu keperawatan Medikal Bedah ia juga menjadi Guru Besar pertama di Fkep Universitas Andalas, setelah berumur 24 tahun.

Pengukuhan Prof. Hema Malini sebagai Guru Besar ditandai dengan pemasangan kalung kehormatan oleh Ketua Dewan Profesor Prof. apt. Marlina yang disaksikan langsung oleh Rektor Universitas Andalas Prof. Yuliandri yang berlangsung pada Kamis (20/7) di Gedung Convention Hall Kampus Limau Manis

Dalam orasinya ia memaparkan terkait Perubahan Paradigma Peran Perawat dalam Pemanfaatan Teknologi dan Edukasi Terstruktur Sebagai Upaya Meningkatkan Manajemen Mandiri Pasien Diabetes.

Disampaikannya, perawat sebagai bagian terbesar dalam sistem pelayanan Kesehatan, selain mempunyai tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, tetapi juga mempunyai peran sebagai edukator untuk pasien, keluarga dan masyarakat.

“Sesuai dengan perkembangan dimasa saat ini, dimana terjadi peningkatan prevalensi pasien dengan penyakit kronis, terutama penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit lainnya, membutuhkan peran perawat dalam memfasilitasi pasien untuk bisa mengelola penyakit dengan baik,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakannya, mensikapi perkembangan teknologi, terutama penggunaan media sosial, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga kesehatan terutama perawat, untuk secara bijaksana bisa memanfaatkan media sosial dan juga menjadi penyaring informasi, agar tidak terjadi salah pemahaman dari pasien dan masyarakat dalam pengelolaan penyakit.

Prof. hema menjelaskan Diabetes merupakan jenis penyakit yang dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk sistem kardiovaskular, ginjal, perifer, dan saraf. Mereka yang mengidap diabetes mellitus perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang signifikan dalam mengelola penyakit.

“Sudah diketahui bahwa penderita diabetes yang tinggal di negara berkembang cenderung tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus dalam manajemen diri diabetes dibandingkan dengan mereka yang hidup di negara barat,” sambungnya.

Ditambahkannya banyak yang belajar tentang diabetes dan manajemen diri dari berbagai sumber dengan kredibilitas yang bervariasi. “Kita tentu saja telah mengenal istilah tele medicine, tele nursing yang menunjukkan bahwa sebenarnya teknologi merupakan sesuatu hal yang tidak asing. Namun, menggunakan teknologi dan memanfaatkan media sosial dalam edukasi kesehatan perlu disikapi dengan bijak,” tuturnya.

Dilanjutkannya, penggunaan media sosial oleh pasien dengan diabetes, terutama ketika mereka mendapatkan informasi kesehatan yang banyak sekali dari media sosial memunculkan satu stressor baru yaitu technostress.

“Technostress merupakan stress yang diakibatkan pada penggunaan teknologi/media sosial, dimana pasien merasakan berlebih dalam mendapatkan informasi, kebingungan mana informasi yang benar, merasa dikuasai oleh media sosial yang digunakan, dan mengalami ketidakpastian akan banyaknya informasi yang diterima,” terangnya.

Oleh karena itu, Prof. Hema menyampaikan perawat dituntut untuk bisa menguasai penggunaan teknologi dan media sosial sehingga bisa menjadi sumber informasi yang valid dan mengurangi resiko technostress pada pasien dan keluarga.

Selanjutnya, perawat bisa meningkatkan kemampuan dan berinovasi dalam memberikan pelayanan keperawatan pada pasien dan keluarga begitu juga dengan peran dan tugas pokok sebagai edukator.(*)

Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi