Padang (UNAND) - Prof. Dr. drg. Nila Kasuma, M. Biomed resmi dikukuhkan sebagai guru besar tetap bidang ilmu Biologi Oral pada Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Andalas yang berlangsung pada Selasa (22/8) di Convention Hall Kampus Limau Manis.

Prof. Nila menyampaikan orasi terkait Tantangan dan Potensi di Bidang Biologi Oral, yang dikukuhkan bersama dengan empat Guru Besar lain dari Fakultas Hukum Universitas Andalas.

Wanita kelahiran Padang, 20 Juli 1972 ini mengaku tak menyangka mampu meraih pencapaian tertinggi dalam dunia akademik yakni mencapai jabatan guru besar. Karena, sejak kecil dirinya tidak pernah bercita-cita menjadi dokter gigi, apalagi menjadi dosen. “Justru cita-cita saya ingin menjadi diplomat, jadi dubes," ujarnya yang juga menjabat sebagai Dekan FKG ini.

Namun jalan hidup membawanya menjadi pengabdi di Universitas Andalas sejak 2008 lalu. Lulusan S1 Universitas Sumatra Utara itu, berkarir di FKG Universitas Andalas sejak awal fakultas tersebut berdiri.

Dalam orasi ilmiahnya, ia menyampaikan masih banyak tantangan dan potensi di bidang oral biologi yang bisa terus dikembangkan untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Ia mengatakan di dunia kedokteran gigi, secara makro, penegakkan diagnosa penyakit mulut diperiksa dengan kasat mata, didukung dengan alat probe periodontal, hasil rontgen gigi, dan hasil ini memberikan ambigu untuk ketetapan step penyakit periodontal yang tepat.

Lebih lanjut, Prof. Nila mengatakan selama ini kami dokter gigi belum lazim menggunakan cairan fisiologis tubuh untuk membantu menegakkan diagnosa ataupun melihat keberhasilan terapi. “Maka sebagai seorang dokter gigi langkah pertama yang saya lakukan adalah pengambilan data menggunakan saliva dan gingiva crevikular fluid selanjutnya saya singkat sebagai GCF,” ujarnya.

Dijelaskannya, kedua cairan tersebut dapat dijadikan cairan fisiologis untuk mengukur biomarker. GCF merupakan cairan yang berada di lingkaran servikal gigi, mengandung sitokin pro inflamasi dan enzim protease jenis kolagenase yang berperan dalam remodeling jaringan periodontal, dan mampu memberikan gambaran kondisi kesehatan atau inflamasi yang terjadi pada rongga mulut.

Selain itu, Prof. Nila mengungkapkan penyakit periodontal merupakan masalah dalam kesehatan gigi, karena penyakit ini menempati urutan kedua teratas, pada kelainan rongga mulut. Gingivitis dalam keadaan ringan tidak menimbulkan rasa sakit sehingga kurang mendapat perhatian, tetapi bila dibiarkan gingivitis dapat menjadi periodontitis yang berbentuk destruktif terhadap jaringan periodontal dimana hilangnya stuktur jaringan periodontal dan loss dental dari lengkung rahang yang akhirnya menimbulkan kelainan wajah dan gangguan pencernaan.

Ia menambahkan seiring dengan semakin berkembangnya ilmu kedokteran gigi dan teknologi, kita semakin memahami bahwa kesehatan mulut sangat penting bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. Penyakit periodontal adalah salah satu masalah kesehatan mulut yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

“Tidak hanya menyebabkan kerusakan pada gigi dan jaringan penyangga gigi, penyakit periodontal juga memiliki hubungan erat dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, dan stunting,” pungkasnya.(*)

Humas, Protokoler dan Layanan Publik