Padang (UNAND) - UPT Perpustakaan Universitas Andalas (Unand) menyelenggarakan Workshop On Campus bertajuk “Meneroka Peluang Riset Manuskrip Melayu Digital” pada Rabu (18/9)  di The Gade Creative Lounge, Lantai 2 Gedung Perpustakaan Kampus Limau Manis. Acara ini merupakan kerja sama antara Minangkabau Corner dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui program Dreamsea, yang berfokus pada pelestarian manuskrip di Asia Tenggara.

Workshop ini mengusung format dialog dan pelatihan, dengan menghadirkan sejumlah narasumber berpengalaman, di antaranya Prof. Dr. Oman Fathurahman, M. Hum (Principal Investigator Dreamsea), Tuangku A. Malin Bandaro, Masykur, Mohd. Khairuddin bin Khudri, Chairullah, serta Hery Firmansyah Tuanku Khalifah, yang merupakan pemilik naskah kuno. Kegiatan ini berlangsung dengan khidmat dan diikuti oleh peserta yang menunjukkan antusiasme tinggi.

Workshop dibuka secara resmi oleh Kepala UPT Perpustakaan Universitas Andalas yang diwakili oleh Yenny Narny, S.S., M.A., Ph.D., selaku Sekretaris Perpustakaan. Dalam sambutannya, Yenny Narny menekankan komitmen Perpustakaan Unand dalam mengembangkan literasi, termasuk literasi manuskrip, melalui program "Life Literacy." Program ini memberikan ruang bagi para ahli untuk berbagi pengetahuan melalui platform digital, guna mempermudah akses manuskrip dan memperluas dampaknya di dunia riset.

“Digitalisasi manuskrip Melayu membuka peluang besar bagi pelestarian warisan sastra dan sejarah. Ini juga memberi akses lebih luas bagi peneliti dari berbagai belahan dunia,” ungkap Yenny.

Koordinator Dreamsea, Hadi Rahman, M.A., mengungkapkan program Dreamsea telah berhasil mendigitalkan berbagai manuskrip dari Asia Tenggara selama enam tahun terakhir. "Kami menghadapi banyak tantangan dalam proses digitalisasi ini, namun dukungan kultural dari setiap daerah sangat membantu mempermudah akses ke manuskrip-manuskrip tersebut," ujarnya.

Salah satu pemilik manuskrip, Tuangku A. Malin Bandaro dari Surau Siamuang, Nagari Sijunjung, Sumatra Barat, mengungkapkan koleksi manuskrip di suraunya mencapai 2.940 lembar, dengan topik yang beragam. “Manuskrip ini tidak hanya membahas fiqih dan agama, tetapi juga mencakup ilmu bercocok tanam, fenomena alam, takwil gempa, serta adat istiadat seperti mencari jodoh dan pelangkahan,” jelasnya.

Publikasi manuskrip digital ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi para peneliti dalam memanfaatkan naskah-naskah yang sebelumnya sulit diakses. Digitalisasi ini menjadikan manuskrip kuno, yang awalnya terbatas sebagai benda pusaka, sebagai sumber pustaka yang bisa diakses oleh publik di seluruh dunia.(*)

Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi Publik