Padang (Unand) - Dosen dan Tim Filolog Universitas Andalas Pramono dan tim filolog menyulap iluminasi atau ragam hias pada naskah kuno menjadi motif batik unik bernilai seni tinggi yang diharapkan bisa mendukung pengembangan batik khas Minangkabau.
"Memanfaatkan iluminasi naskah kuno ini sebagai motif batik untuk dikomersialisasi bisa dilakukan berkat Program Matching Fund tahun 2022 dengan tema “Produksi dan Komersialisasi Batik Minangkabau Berbasis Naskah Kuno," kata Dosen Filolog Universitas Andalas Pramono di Padang, Jumat.
Ia mengatakan Matching Fund adalah bentuk nyata dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia untuk penciptaan kolaborasi dan sinergi strategis antara insan perguruan tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan pihak industri.
Untuk memuluskan rencana komersialisasi, dilakukan kerjasama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) untuk mengembangkan batik Minangkabau dengan motif iluminasi naskah kuno tersebut.
"Mitra DUDI pada kegiatan Matching Fund ini adalah UKM Dewi Busana di Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Kita langsung memproduksi batik sekaligus membuat perencanaan strategi penjualan yang dikemas secara unik dan menarik," ujarnya.
Agar program menjadi lebih terarah, dihadirkan pula pemateri yang berkompeten dari kalangan akademisi, pembatik, dan pelaku usaha fesyen.
"Kegiatan lokakarya produksi batik dilakukan langsung di bengkel pembuatan batik milik Dewi Busana milik Dewi Hapsari Kurniasih pada 12-14 Oktober 2022," katanya.
Pramono menceritakan konsep kegiatan yang dilakukan tersebut tidak terlepas dari kerja ilmiahnya dalam melakukan inventarisasi, katalogisasi, dan digitalisasi naskah Minangkabau yang tersebar di berbagai tempat di Sumatera Barat selama dua dasawarsa.
Hasilnya seribuan naskah kuno Minangkabau dengan keragaman kandungan telah ditemukan dan diselamatkan isinya.
“Kegiatan ini membuktikan bahwa riset terhadap warisan budaya, termasuk naskah kuno, bukan seperti menggali kuburan, lalu menemukan tulang belulang, merangkainya, memajang di museum, kemudian selesai. Hilirisasi riset naskah kuno Minangkabau membuktikan bahwa warisan budaya dapat digali untuk menghasilkan sesuatu yang profitabel,” ujar Pramono.
Menurutnya salah satu isi dari naskah kuno tersebut adalah iluminasi (ragam hias). Melalui rekayasa ragam hias, Pramono bersama tim mencoba mengaplikasikannya terhadap motif kain seperti batik, mukena, jilbab, dan kaos.
Lokakarya yang digelar langsung dengan praktik itu diikuti sebanyak dua belas orang yang berasal dari mahasiswa dan pengrajin batik di Pesisir Selatan. Pemateri lokakarya adalah Pramono dosen Unand, Sunardi pembatik, dan Dewi Hapsari pendiri Rumah Batik Dewi Busana.
Salah seorang peserta, Husin (24) mengungkapkan kegembiraannya dapat mengikuti kegiatan. Sebagai mahasiswa sastra yang mempelajari naskah kuno, pemanfaatan iluminasi menjadi motif kain merupakan pengalaman baru dan penting baginya.
"Dengan mengikuti lokakarya ini membuktikan bahwa riset-riset terhadap naskah kuno juga dapat digunakan dalam pengembangan industri kreatif, dan hal ini pengalaman baru dan penting bagi saya” katanya.
Dewi (46), pemilik Rumah Batik Dewi Busana menaruh harapan dari kegiatan ini. Karena dapat membantunya dalam pengembangan hasil produksi, terutama motif-motif dari iluminasi naskah kuno. Bahkan, beberapa produksinya dari iluminasi naskah kuno pernah ditampilkan di New York Fashion Week 2019.
“Motif-motif dari ilmuniasi naskah kuno yang diberikan Pak Pramono sangat membantu pengembangan batik di IKM saya ini,” tuturnya.
Dengan terselenggaranya kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan narasi eksotis terhadap ratusan desain motif batik Minangkabau berbasis naskah kuno. Kemudian terproduksinya batik Minangkabau berbasis naskah kuno dengan seperangkat sistem digital marketing untuk komersialisasi produk tersebut.(*)