Padang (UNAND) - Universitas Andalas mengembangkan sensor kematangan buah sawit yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pengelohan buah sawit.
Dosen Universitas Andalas Dr. Eng Muhammad Makky mengatakan inovasi ini dimulai dari hasil risetnya saat menempuh Pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor tahun 2002 lalu.
Makky yang juga menjabat sebagai Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset ini menyampaikan bahwa Universitas Andalas telah bekerja sama dengan Perusahaan Swasta sebagai bagian dari hilirisasi riset yang dikembangkan oleh Dosen dan Mahasiswa .
Disampaikannya, sensor ini dapat membantu petani dalam menentukan tingkat kematangan buah sawit lebih akurat dan tepat waktu sehingga dapat mengoptimalkan waktu panen dan pengolahannya.
Lebih lanjut, ia mengatakan sensor ini juga telah dilakukan uji coba untuk melihat kinerjanya dalam pengelolahan buah sawit. “Hasil uji coba ini diharapkan dapat membantu dalam pengembangan lebih lanjut dan peningkatan kualitas sensor sawit Universitas Andalas,” ujarnya pada Jumat (6/10) di Ruang Kerjanya Gedung Rektorat.
Makky mengungkapkan adapun keunggulan sensor ini terletak pada kemampuannya untuk mengetahui kapan sawit matang hingga posisi tanamnya.
“Hal ini menjadikan sensor sawit sebagai solusi yang efektif dalam pengelolaan kebun sawit,” sambung dosen Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Menurutnya, ini merupakan hasil kolaborasi antara dosen dan mahasiswa Universitas Andalas dengan memanfaatkan pengembangan teknologi sehingga menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Dikatakannya, selain digunakan dalam pengelolaan buah sawit, sensor ini juga dapat menjadi solusi bagi petani dalam menentukan harga jual yang lebih baik.
“Dengan mengetahui tingkat kematangan buah sawit secara akurat, petani dapat menentukan harga jual yang sesuai dengan kondisi pasar,” ujar Alumnus S3 Asian Institute of Technology Thailand ini.
Selain itu, ia menyampaikan cara kerja sensor ini menggunakan teknologi canggih untuk mendeteksi tingkat kematangan sawit.
“Sensor ini dapat mengukur parameter seperti suhu, kelembaban, rendemen minyak, dan tingkat keasaman pada buah sawit yang juga dilengkapi dengan algoritma kecerdasan buatan untuk menganalisis data yang diperoleh dari pengukuran,” terangnya.
Ditambahkannya, algoritma ini akan memberikan hasil yang akurat dan dapat dipercaya dalam menentukan tingkat kematangan buah sawit. “Petani atau pengguna sensor buah sawit dapat mengakses hasil pengukuran melalui aplikasi yang terhubung dengan internet,” ujarnya.
Sensor sawit ini, dikatakannya juga dapat memantau kondisi kebun sawit secara keseluruhan serta merekomendasi waktu panen yang tepat.
Adapun keunggulannya sensor ini terletak pada kemampuan untuk mengetahui kapan sawit matang hingga posisi tanamnya. “Hal ini menjadi solusi yang efektif dalam pengelolaan kebun sawit,” sebut Makky.
Lalu, melalui hibah penelitian, tim dari Universitas Andalas juga mulai menciptakan sensor kematangan sawit tersebut hingga saat ini, sensor tersebut telah mencapai pengembangan versi ke 4.
Sensor kematangan sawit versi ke 4 ini dapat dihubungkan dengan smartphone. Perangkat handphone akan menunjukkan tingkat kematangan sawit, traceability, hingga kapan sawit siap panen.(*)
Humas, Protokoler dan Layanan Informasi Publik