Padang (UNAND) - Manajemen risiko merupakan praktek terbaik dalam menerapkan Good University Governance (GUG) untuk mencapai KPI (Key Performance Indicator) perguruan tinggi, dan juga sebagai langkah strategis untuk menciptakan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Sekretaris Universitas (SU) Henmaidi, Ph. D saat workshop pengisian aplikasi sistem informasi menajemen resiko bagi seluruh pengelola resiko (risk officer) yang berlangsung selama dua hari 21-22 November 2023 di Hotel Pangeran.
Menghadirkan narasumber dari Universitas Sudirman (Unsoed) Dr. Siti Maghfiroh, SE, M. Si, Ak yang dipandu oleh Kepala Seksi Menajemen Resiko Universitas Andalas Mesa Fadila, SKM, M.A.P.
Menurut Henmadi, manajemen risiko merupakan metode yang tersusun secara logis, sistematis, terstruktur dan tepat waktu, karena merupakan bagian dari suatu rangkaian kegiatan di institusi, dan dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan karateristik risiko dan cara penanganannya.
“Universitas Andalas menyadari dalam melaksanakan tugasnya akan selalu berhadapan dengan risiko,” ujarnya. Maka dari itu, diharapkannya Universitas Andalas mesti mampu melakukan upaya dalam rangka mengendalikan risiko tersebut dengan menerapkan sistem manajemen risiko terintegrasi yang mencakup seluruh aspek risiko yang dihadapi secara konsisten.
“Upaya tersebut dilakukan melalui penerapan sistem manajemen risiko yang bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi dapat diidentifikasi, diukur, dikendalikan dan dilaporkan dengan baik,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menekankan untuk itu manajemen risiko harus dilakukan secara bersama oleh fungsi terintegrasi.
“Mengingat pentingnya pelaksanaan manajemen risiko, maka Universitas Andalas sebagai salah satu Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) di Indonesia dituntut agar dapat mempertahankan dan meningkatkan eksistensinya serta mampu menjadi perguruan tinggi yang terbaik di dalam dan luar negeri,” ucapnya.
Selain itu, dikatakannya dalam mencapai tujuan perguruan tinggi Universitas Andalas perlu membangun sistem manajemen resiko yang tidak terpisah dari kegiatan utama kampus, sehingga mampu meminimalisir dan mengendalikan risiko yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang.
Sementara itu, Siti Maghfiroh mengatakan resiko merupakan sesuatu yang belum terjadi, tetapi kalau sudah terjadi itu namanya masalah, dan kalau sudah terjadi akan lebih sulit dalam hal penanganannya.
“Melalui menajemen resiko kita lebih mudah dalam mengantisipasi serta juga bisa mengintegrasikannya dalam pengambilan keputusan,” ujarnya.(*)
Humas, Protokoler dan Layanan Informasi Publik