Padang (UNAND) – Kedaireka sebagai jembatan antara akademisi dan industri menjadi langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan inovasi yang berkelanjutan, relevan, dan berdampak positif bagi masyarakat.
Hal itu, disampaikan oleh Dr. Eng Muhammad Makky Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset Universitas Andalas pada sosialisasi kedaireka dan dana padanan untuk insan perguruan tinggi, Senin (12/8) di Ruang Rapat Senat Gedung Rektorat Kampus Limau Manis.
Sosialisasi terkait Kedaireka dan Dana Padanan menjadi langkah krusial dalam memberikan pemahaman mendalam kepada insan perguruan tinggi mengenai peluang dan manfaat yang dapat diraih.
“Ekosistem ini memungkinkan dosen maupun tenaga kependidikan di masing-masing universitas untuk dapat menghilirkan dan mengkomersialisasikan teknologi maupun hal lain yang telah diperoleh,” tambahnya.
Disampaikannya, Universitas Andalas berhasil mendapatkan paten dan paten sederhana terbanyak di Indonesia secara berturut-turut. “Berkolaborasi tentunya akan menjadi keuntungan bagi masyarakat sehingga mereka memiliki akses pendidikan yang lebih luas dan status sosial lebih baik,” ujarnya.
Lebih lanjut, Makky mengatakan beberapa kegiatan kedaireka yang telah dilakukan Universitas Andalas dan sudah berhasil dalam tahap komersialisasi di antaranya bahan baku katekin tinta pemilu.
“Selain itu, juga dari aspek alat kesehatan sudah tercatat 21 alat kesehatan dalam bentuk Rapid Test PCR serta sudah tayang dalam e katalog,” katanya.
Tentunya hal ini juga ingin sharing dan mengajak supaya masing-masing universitas dapat juga mengkomersialkan teknologi yang mungkin saat ini baru pada tahap publikasi agar bisa berpotensi untuk meningkatkan Income Generating dari universitas maupun juga bagi dosen.
“Ini akan menjadi motivasi yang baik bagi peniliti dan tendik perguruan tinggi se Sumatra khususnya Sumatra Barat (Sumbar) sehingga dapat memberikan kontribusi langsung untuk kesejahteraan universitas dan peniliti,” ungkapnya.
Makky menuturkan dengan pemanfaatan tinta pemilu, petani gambir sangat merasakan dampaknya terutama di daerah 50 Kota dan Pesisir, di mana sebelumnya harga 25 ribu saat ini mencapai 100 ribu perkilo.
Hal tersebut di atas merupakan salah satu contoh kecil dari ekosistem kedaireka. Ia yakin tersimpan Kekayaan Intelektual Properti di masing-masing universitas, namun begitu melalui Platform Kedaireka dapat membantu industri terkait kerja sama.
“Ekosistem keraireka diciptakan untuk berbagi resiko antara industri dan Kementerian, oleh karena itu intervensi dan fasilitasi dari Kementerian sehingga hasil karya ilmiah dapat terhilirkan lebih cepat serta lebih luas,” terang Makky.
Ia berharap kontribusi hasil riset yang dilaksanakan terutama hasil riset yang menggunakan dana negara dihilirisasi untuk kembali bermanfaat bagi masyarakat.
Sementara itu, Dr. dr. Matrissya Hermita, M. I. Kom Direktur PMO Ekosistem Kedaireka mengatakan Reka Talks dapat menginspirasi para peserta untuk berkolaborasi dan berinovasi melalui platform Kedaireka, menuju kemajuan industri dalam negeri.
Ia berharap kegiatan ini mampu mendorong kolaborasi inovatif yang lebih besar antara dunia akademis dan industri melalui dana padanan, yang pada akhirnya akan mempercepat komersialisasi teknologi di industri serta memberikan dampak positif bagi masyarakat.
Reka Talks ini diikuti oleh beberapa perguruan tinggi di Sumbar, baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).(*)
Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi Publik