Padang (UNAND) – Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) Universitas Andalas mengadakan kegiatan Kuliah Umum Diseminasi Informasi Analisis Neraca Energi Nasional dengan menghadirkan Dr. Ir. As Natio Lasman, Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional (APK DEN).
Dalam paparannya, Ia mengatakan bahwa saat ini Indonesia masih bergantung dengan energi fosil seperti minyak, gas, dan batubara. Di sisi lain, sumber daya tersebut memiliki kapasistas yang terbatas, sementara subsidi pemerintah semakin besar.
”Kondisi Geopolitik Internasional seperti peperangan yang secara tidak langsung akan berdampak dan dapat mengganggu jalur pasokan energi yang kita import,” ungkapnya di lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana (6/11).
Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan dari penggunaan energi memiliki dampak buruk bagi lingkungan, seperti pemanasan global. ”Jika GRK tidak terkendali, suhu dunia akan semakin panas,” ucapnya.
Ia menekankan pentingnya keseimbangan neraca energi, mencakup konsumsi dan produksi yang berbasis pada sumber daya dalam negeri. ”Pada tahun 2060 Indonesia diprediksi akan mencapai tahap keseimbangan antara emisi yang diserap akan seimbang dengan yang dihasilkan,” tuturnya.
Menurutnya, dalam upaya menurunkan emisi karbon, diperlukan komitmen global yang diwujudkan dalam bentuk sertifikasi karbon. Dengan adanya sertifikat karbon ini, setiap negara harus berkomitmen untuk mengurangi dampak karbon, termasuk emisi yang dihasilkan melalui PLTU sebagai penyumbang karbon terbesar.
Indonesia khususnya di Solok Selatan, Sumatera Barat memiliki potensi besar dalam pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Terakhir, ia mengimbau untuk harus ikut andil dalam pengurangan emisi karbon, termasuk mengikuti perkembangan Net Zero Emissions (NZE).
Sementara itu, Ketua Pusat Studi Lingkungan Hidup, Mahdi, S.P., M.Si., Ph.D mengatakan persoalan energi sangat erat kaitannya dengan kebutuhan energi yang terus meningkat, karena hampir semua aktivitas, mulai dari kebutuhan listrik hingga transportasi, bergantung pada ketersediaan energi.
Selain itu, juga dihadapkan pada tantangan besar terkait perubahan iklim, yang semakin diperburuk oleh peningkatan kebutuhan energi, bertambahnya jumlah penduduk, serta gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif.
“Hal ini menuntut solusi yang tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan energi, tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan demi masa depan yang lebih baik,” pungkasnya.
Turut hadir Dewan Pakar Dr Fadjar Goembira, S.T., M.Sc, Dr. Jabang Nurdin, M. Si, dan dosen lainnya serta mahasiswa sarjana maupun pascasarjana Universitas Andalas. (*)
Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi Publik