Padang (UNAND) - Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah menjadi momen berharga bagi keluarga besar Universitas Andalas untuk memperkuat ukhuwah dan mempererat semangat kebersamaan.

Dalam suasana penuh khidmat di Masjid Nurul Ilmi (MNI) kampus Limau Manis, ratusan jamaah dari sivitas akademika hingga masyarakat sekitar menghadiri pelaksanaan salat Idulfitri yang digelar oleh Universitas Andalas, Senin (30/3).

Rektor Universitas Andalas Efa Yonnedi, Ph. D menyampaikan Idulfitri tidak hanya menjadi momen spiritual, tetapi juga momentum strategis untuk memperkuat ikatan antar elemen kampus, termasuk dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, alumni, serta mitra strategis.

"Universitas Andalas adalah rumah kita bersama. Maka sudah menjadi tanggung jawab kita pula untuk menjaga marwahnya, meningkatkan kualitasnya, serta merawat jalinan kebersamaan dalam bingkai ukhuwah," ujar Rektor.

Ia menambahkan tahun ini Universitas Andalas terus mengintegrasikan pembangunan fisik dan spiritual, termasuk melalui penguatan peran masjid sebagai pusat peradaban kampus. Selain fungsi ibadah, MNI diarahkan menjadi tempat pembinaan karakter mahasiswa, pusat edukasi, serta wahana penguatan fungsi sosial dan ekonomi.

"Rektor mendorong agar MNI hadir di garda terdepan, tidak hanya dalam ibadah, tetapi juga dalam memberikan dampak sosial yang nyata. Tahun ini, MNI telah menyalurkan 88 paket Idulfitri ke masyarakat sekitar, begitu juga MPZ Fakultas Kedokteran juga melanjutkan tradisi tahunan berbagi," tambahnya.

Ke depan, sinergi MNI dengan Rumah Sakit Universitas Andalas juga akan diperkuat, termasuk dalam kegiatan sosial seperti operasi katarak, khitan massal, dan bedah bibir sumbing.
"Ini bagian dari pengabdian kepada masyarakat sekaligus sarana pembentukan karakter mahasiswa. Lulusan Universitas Andalas diharapkan memiliki daya saing tinggi, berakhlak mulia, serta memiliki jiwa enterpreneur yang inovatif," pungkasnya.

Sementara itu, khatib salat Idulfitri, Prof. Syafruddin Nurdin, M.Pd., Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang, dalam khutbahnya menegaskan tantangan terbesar setelah Ramadan adalah menjaga konsistensi dalam melawan hawa nafsu.

"Perjuangan setelah Ramadan tidak lebih ringan. Justru inilah jihad yang lebih berat menaklukkan hawa nafsu yang tersembunyi dalam diri," ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga keseimbangan hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan sosial dengan sesama (hablum minannas). "Jangan hanya khusyuk dalam ibadah vertikal, tetapi juga peduli terhadap lingkungan sekitar. Jangan banyak menangis dalam sujud, tetapi sedikit senyum dan berbagi dalam kehidupan," ucap Prof. Syafruddin, mengajak jamaah untuk menjadikan nilai-nilai Ramadan sebagai bekal membangun masyarakat yang berakhlak dan berempati.

Khutbahnya ditutup dengan ajakan untuk menjadikan Idulfitri sebagai titik awal kembali ke fitrah dan memperbarui komitmen sebagai insan beriman, berilmu, dan bermanfaat bagi sesama.(*)

Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik