ASEAN belum mampu mengekploitasi pasar produk halal dan sistem ekonomi syariah. Padahal potensinya sangat besar. Bayangkan, Laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) bertajuk The Muslim 500 edisi 2023 menunjukkan, jumlah populasi muslim di Indonesia mencapai 237,55 juta jiwa sebagai peringkat pertama, Malaysia menempati peringkat kedua dengan jumlahnya mencapai 19,84 juta jiwa, Filipina di peringkat ketiga dengan populasi muslim sebesar 6,12 juta jiwa, disusul Thailand sebanyak 3,76 juta jiwa dan Myanmar sebanyak 2,33 juta jiwa. Disusul negara-negara ASEAN lainnya Singapura, Brunei Darussalam, Kamboja, Vietnam, Laos dan Timor Leste. Jika dibandingkan dengan jumlah populasi penduduk di ASEAN sekitar 668,61 juta, maka sekitar 40% adalah populasi muslim. Jumlah adalah pasar yang sangat potensial dengan kesadaran masyarakat muslim yang terus meningkat untuk produk-produk halal dan keuangan syariah.
Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi mengapa ASEAN tidak mendukung ekonomi syariah secara langsung, antara lain: kebijakan pemerintah, persaingan ekonomi, kurangnya kesadaran, perbedaan konsep, dan kurangnya standar pengoperasian. Beberapa negara di wilayah ASEAN memiliki sistem ekonomi yang cukup terbuka dan mungkin melihat filosofi dari ekonomi syariah sebagai ancaman bagi kesuksesan mereka. Konsep ekonomi syariah sering kali berbeda dengan sistem ekonomi konvensional yang umum diterapkan di beberapa negara di ASEAN. Inilah yang mungkin menjadi salah satu kendala dalam merangkul ekonomi syariah. Standar internasional untuk produk-produk ekonomi syariah dan lembaga keuangan syariah masih belum dikembangkan dengan baik. Hal ini mungkin menjadi kendala bagi ASEAN untuk mendukung ekonomi syariah secara keseluruhan. Meskipun demikian, beberapa negara di ASEAN mulai menunjukkan minat pada sistem ekonomi syariah seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, yang telah memulai beberapa initiatives untuk mendukung pengembangan ekonomi syariah.
Indonesia punya peran strategis dalam hal ini dari sisi geoekonomi. Indonesia memiliki posisi geografis yang strategis di ASEAN, terletak di antara Asia Tenggara, Asia Timur, dan Australia. Hal ini membuat Indonesia menjadi pintu gerbang regional yang penting bagi perdagangan dan investasi. Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang besar, seperti lahan pertanian, tambang, dan laut yang melimpah. Hal ini memungkinkan Indonesia untuk menjadi salah satu produsen dan pengekspor utama dalam kawasan ASEAN. Meskipun mengalami beberapa fluktuasi, ekonomi Indonesia relatif stabil dibandingkan dengan beberapa negara di ASEAN dan mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang baik selama bertahun-tahun. Indonesia adalah pasar yang besar dengan penduduk yang berjumlah lebih dari 270 juta. Hal ini membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi pengusaha dan investor. Terakhir dan ini sangat strategis, Kepemimpinan ASEAN. Indonesia memainkan peran penting dalam kepemimpinan ASEAN dan sering kali memimpin pembicaraan mengenai isu-isu ekonomi dan politik dalam kawasan. Indonesia juga perlu terus berusaha untuk memperkuat pengaruhnya untuk mewujudkan kawasan industri halal dan keuangan syariah yang maju.(*)
Penulis : (Prof. Dr. Rika Ampuh Hadiguna, Universitas Andalas)