Padang (UNAND) - Orasi Kebudayaan yang berlangsung di Universitas Andalas menjadi momen reflektif yang mendalam tentang pentingnya menjaga keberagaman dan persatuan bangsa.  

Acara ini diadakan dalam rangkaian Dies Natalis ke-68 Universitas Andalas sekaligus menjadi bagian dari perayaan Festival Adat Budaya Nusantara (FABN) III di Sumatera Barat. 

Ketua Panitia, Sultan Muhammad Yusuf Tuanku Mudo Rajo, menyampaikan kegiatan ini sebenarnya direncanakan pada tahun 2023, namun karena beberapa kendala, baru dapat terlaksana tahun ini.  

Ia bersyukur meskipun beberapa narasumber berhalangan hadir karena tugas negara, acara tetap berlangsung dengan baik. Orasi Kebudayaan kali ini menghadirkan Prof. Dr. Herwandi, M. Hum dan Prof. Dr. Rer.soz. Nursyirwan Effendi sebagai narasumber. 

Sultan Muhammad Yusuf juga menjelaskan panitia sengaja membatasi jumlah tamu undangan hanya 25 Raja, Sultan, Permaisuri, Datu, Penglingsir, Datuak, dan Pemangku Adat.  

Jika tidak dibatasi, jumlah peserta bisa mencapai ratusan, seperti pada Festival Adat Budaya Nusantara sebelumnya. Selain itu, Niniak Mamak, Alim Ulama, dan Bundo Kanduang juga turut hadir dalam acara ini. 

Masyarakat Adat Nusantara (Matra) juga memiliki agenda tahunan yang digelar setiap tanggal 4 September yakni memperingati Hari Perdamaian Dunia. Namun, tahun ini tidak digelar karena fokus Matra tertuju pada dua event besar, yaitu Festival Adat Budaya di Madura dan FABN III di Sumatera Barat. 

Ketua Umum DPP Matra, Andi Bau Malik Barammamase, SH Karaenta Tukajangangan, menyampaikan apresiasinya kepada Universitas Andalas yang telah berkolaborasi dengan dalam acara ini. Ia berharap kegiatan ini, yang merupakan bagian dari Program Kerja (Proker) Matra, dapat semakin menyentuh masyarakat luas. 

Sekretaris Universitas Dr. Aidinil Zetra, MA, yang mewakili Rektor Universitas Andalas juga menyambut hangat kehadiran para tamu undangan, seperti Raja, Permaisuri, Sultan, Datu, Penglingsir, Pemangku Adat, dan para Niniak Mamak.  

Menurutnya, orasi kebudayaan ini lebih dari sekadar perayaan, tetapi juga refleksi mendalam tentang keberadaan bangsa Indonesia yang kaya akan keberagaman adat dan budaya. 

Aidinil mengingatkan nusantara merupakan rumah bagi ribuan adat dan suku bangsa yang unik, dan kekayaan budaya ini merupakan cerminan dari sejarah panjang perjuangan nenek moyang.

Ia menekankan pentingnya menjaga keberagaman dan persatuan bangsa dengan saling memahami perbedaan, karena bangsa yang tidak bisa hidup dalam keberagaman akan terpecah. 

“FABN ini bukan hanya sebuah perayaan, melainkan refleksi mendalam tentang eksistensi kita sebagai bangsa. Kehadiran di sini untuk menjaga keberagaman adat dan budaya serta persatuan bangsa dengan saling memahami perbedaan,” tutup Aidinil.(*) 

Humas, Protokoler, dan Layanan Informasi Publik