Padang (UNAND) - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin hadir langsung untuk me-launching hasil inovasi bidang kesehatan yang dilakukan atas kerja sama dari  Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. M. Djamil bersama Fakultas Kedokteran (FK) UNAND dan PT. Crown Technology Indonesia (CTI), yang berbentuk panel deteksi cepat untuk MRSA.  

Panel Deteksi Cepat berbasis molekuler yang disebut sebagai Kit Diagnostik Molekuler MRSA ini, merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus), yaitu infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau Staph. Jenis bakteri tersebut resisten terhadap banyak antibiotik yang berbeda, sehingga sulit untuk diobati. 

Diselenggarakan di Auditorium RSUP M. Djamil, perilisan alat yang digelar Jumat (23/2) ini dihadiri pula oleh Gubernur Sumbar H. Mahyeldi Ansharullah, Rektor UNAND Dr. Efa Yonnedi, Direktur Utama RSUP Dr. dr. Dovy Djanas, Dirut RS UNAND Dr. dr. Yevri Zulfiqar, Dekan FK UNAND Prof. Afriwardi, Wakil Rektor IV UNAND Dr. Henmaidi, dan sejumlah sivitas hospitalia dan akademika lainnya. 

Launching yang dilakukan secara simbolis dengan menabuh tambua (Dari kanan: Rektor UNAND, Dirut RS UNAND, Dirut RSUP M. Djamil, Gubernur Sumbar, Menkes)

Menkes Budi menyebut, adanya kesulitan dalam mendeteksi bakteri ini membuat pengobatan pasien membutuhkan waktu yang lama. Sehingga, pemerintah sangat mengapresiasi dan mengucapkan rasa terima kasih atas inovasi yang akan sangat membantu di dunia medis ini. 

“Deteksi dini bakteri itu penting sekali, sehingga kita bisa ngasih antibakteri yang tepat. Tapi kita selama ini masih sering trial and error, “coba kasih panel ini dulu lah, coba ini dulu”, jadinya orang resisten karena kebanyakan coba-coba, karena untuk deteksi dininya susah. Karena itu waktu dengar kabar ada inovasi alat ini saya senang. Dan pemerintah akan mendukung dengan memberikan dana yang lebih banyak untuk melakukan skrining dan deteksi dini,” ungkapnya. 

Sejalan dengan itu, Dirut RSUP M. Djamil menyebut, resistensi memang merupakan masalah serius yang dapat berefek multiply. Resistensi ini menyebabkan ketidakpastian terhadap pengobatan pasien, masa rawatan memanjang, penyakit yang berisiko makin berat/parah, hingga meningkatkan risiko kematian.  

“Identifikasi dini terhadap resistensi ini akan membantu dokter dalam menghindari anti mikroba atau antibiotika yang tidak cocok,” paparnya. 

Panel Deteksi Cepat ini disebut Dirut RSUP M.Djamil dapat memangkas waktu deteksi MRSA dengan sangat efektif, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu 3-5 hari, menjadi 3-4 jam saja.  Selain itu, alat ini memiliki tingkat akurasi 97,5%, sensitivitas 95%, dan spesifisitas 100%.

Bentuk Kit Diagnostik Deteksi Cepat MRSA

“Saat ini banyak produk dari luar (negeri) yang ditawarkan, namun sebagian besar masih dengan harga mahal, maka kita harus mecoba mengembangkan produk kita sendiri, dengan harga yang jauh lebih terjangkau dan berkualitas, hingga mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain,” tambahnya. 

Inovasi ini juga disebut sebagai bagian pertama dari serial Riset Inovasi Deteksi Cepat Resistensi Anti Mikroba. Tiga produk komersil hasil riset lainnya yang juga dirancang adalah Deteksi ESBL, Deteksi Carbapenamase resisten, dan deteksi Vankomisin resisten. 

Selain itu, kerja sama antara RSUP M.Djamil dengan UNAND dan PT. CTI juga menargetkan merilis total 10 produk inovasi sepanjang 2024, termasuk di antaranya berbagai screening untuk penyakit dan identifikasi jenis kelamin. (Fy) 

 

Humas, Protokol, dan Layanan Informasi Publik Universitas Andalas.