Padang (UNAND) - Dalam upaya meningkatkan nilai tambah (add value) tanaman potensial gambir, Universitas Andalas gandeng PT Andalas Sitawa Fitolab melalui penandatanganan nota kesepahaman yang dilaksanakan pada Kamis (5/1) di Ruang Rektor Lantai IV Gedung Rektorat Kampus Limau Manis. 

Nota Kesepahaman ini ditandatangani langsung oleh Rektor Universitas Andalas Prof. Yuliandri yang didampingi Wakil Rektor IV Dr. Hefrizal Handra, M.Soc dan Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset  Dr. Eng. M. Makky dengan Direktur Utama PT. Andalas Sitawa Fitolab Marlinda bersama Prof. apt. Amri Bakhtiar dan Prof. apt. Dedi Prima Putra terkait pengelolaan aset UNAND berupa Unit Produksi Pengolahan Gambir, yang peralatannya diperoleh dari pendanaan Kemristekdikti dan Kemenperin. 

Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset, Dr. Eng. M. Makky menjelaskan selama ini peralatan tersebut belum dapat termanfaatkan secara maksimal, mengingat UNAND belum dapat mengakses pasar produk olahan gambir, khususnya katekin terpurifikasi 90% dan teh gambir.

Oleh karena itu, dikatakannya PT Andalas Sitawa Fitolab dipercaya sebagai perusahaan swasta yang mengelola unit tersebut agar memberikan benefit bagi kedua belah pihak.

“Dengan demikian, peralatan produksi gambir tersebut dapat termanfaatkan, menjadi aset yang produktif, dan mendatangkan income bagi UNAND dalam bentuk sharing margin,” jelasnya.

Disampaikan Makky, Gambir sendiri merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia yang berkontribusi sebanyak 80% produk gambir di seluruh dunia. Sumatera Barat pun menjadi provinsi dengan produksi gambir terbesar di Indonesia. Sehingga, pengolahan gambir merupakan aktivitas potensial dan sudah sewajarnya diupayakan untuk terus ditingkatkan khususnya oleh Sumatera Barat sendiri.

Lebih lanjut, ia mengatakan Nota kesepahaman ini akan menjadi jembatan, dimana Unit Pengolahan Gambir ditargetkan bukan hanya untuk memberikan keuntungan secara material, namun juga agar dapat dimanfaatkan langsung oleh mahasiswa dan dosen.

“Harapannya Unit Pengolahan Gambir ini dapat dimanfaatkan untuk kegiatan magang, penelitian mahasiswa dan dosen, dan kegiatan lain pada program merdeka belajar, dan juga mampu menjadikan pusat industri gambir UNAND menjadi model percontohan pemanfaatan hasil riset, yang dapat ditiru oleh pemerintah daerah di Sumatera Barat maupun di daerah lain,” tambahnya.

Hal tersebut senada dengan penjelasan Prof. Amri Bakhtiar selaku pimpinan PT. Andalas Sitawa Fitolab menyebutkan pada prosesnya, mahasiswa dan dosen ikut serta dalam pengolahan gambir dan produk turunannya.

“Dosen terlibat langsung dalam penelitian ataupun dalam produksi, mahasiswa pun juga kita libatkan dalam penelitian. Sekarang ini, ada program matching fund yang melibatkan mahasiswa dan dosen, yang melakukan penelitian di beberapa daerah, melihat masyarakat di sana mengolah gambir, dan kita evaluasi di sini untuk kita lakukan perbaikan-perbaikan supaya bisa ditingkatkan mutunya (gambir),” jelasnya.

Ia menyebut, PT Andalas Sitawa Fitolab sendiri melakukan pengolahan kembali gambir yang dihasilkan oleh masyarakat menjadi gambir murni dengan kandungan katekin di atas 90%, yang menambah nilai jual gambir hingga berkali-kali lipat.

Meski saat ini mahasiswa yang dapat terlibat langsung dalam berbagai kegiatan pengolahan gambir masih terbatas pada jurusan farmasi, namun ia menyebut bahwa bukan tidak mungkin akan terbuka kesempatan bagi mahasiswa jurusan lain untuk turut berpartisipasi dalam program ini.

“Tidak tertutup kemungkinan untuk mahasiswa di jurusan lain, misalnya mahasiswa ekonomi kalau berhubungan dengan aspek pemasaran, pertanian terutama di (bidang) hasil budidaya,” pungkasnya.

Pada kerja sama ini, UNAND memberikan target produksi pada PT Andalas Sitawa Fitolab  yang diharapkan mampu memproduksi hingga 200 Kg katekin terpurifikasi dan hingga 2.000 kotak teh gambir per bulannya.(*)

Humas dan Protokol UNAND