Padang (UNAND) - Saat pandemi Covid-19 sejak 2020 lalu hingga saat ini, intensitas penggunaan desinfektan dan antiseptik di tengah masyarakat terus meningkat.

Walaupun demikian sebagian besar masyarakat masih menganggap desinfektan dan antiseptik adalah bahan yang sama untuk memutus rantai Covid-19, termasuk dalam penggunaannya.

Banyak masyarakat menggunakan antiseptik dengan membasuh tangan dan bagian tubuh, dan desinfektan juga dilakukan dengan perlakuan serupa. Bahkan masih banyak juga pengetahuan masyarakat tentang artian desinfektan dan antiseptik adalah sama.

Meskipun kedua bahan tersebut sama-sama membunuh Covid-19, perbedaannya pada sasaran yang dituju yakni untuk manusia dan barang.

Atas dasar tersebut Sejumlah Dosen Fakultas Farmasi Universitas Andalas yang diketuai oleh apt. Fitri Rachmaini, S.Farm, M.Si, dengan anggota apt. Rahmad Abdillah, S.Farm, M.Si dan apt. Dian Ayu Juwita, S.Farm, M.Farm melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Kelurahan Lolong Belanti, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.

Kegiatan yang dilaksanakan pada Sabtu (12/11) yang lalu, memberikan edukasi penggunaan antiseptik dan desinfektan yang tepat serta pelatihan pemanfaatan produk rumahan menjadi cairan desinfektan sederhana.

Fitri Rachmaini mengungkapkan pengabdian masyarakat ini terdiri dari dua pokok kegiatan yakni pemaparan materi dilanjutkan dengan sesi diskusi dan tanya jawab serta edukasi kepada masyarakat terkait penggunaan antiseptik dan desinfektan yang tepat, serta melakukan pelatihan dan praktek kepada masyarakat dalam memanfaatkan produk rumahan menjadi cairan desinfektan sederhana.

Dalam edukasi itu disebutkannya berbagai cara dalam penggunaan antiseptik dan desinfektan. “Antiseptik digunakan untuk membasuh tangan dan bagian tubuh, dan desinfektan yang disemprotkan atau diusapkan pada berbagai benda mati yang mungkin terpapar virus,” terangnya.

Dikatakan Fitri akan tetapi masih banyak masyarakat yang keliru akan penggunaan antiseptik dan desinfektan, seperti menggunakan antiseptik untuk membersihkan barang serta fenomena penyemprotan desinfektan secara masif pada berbagai tempat, bahkan langsung kepada manusia dengan alasan untuk membunuh virus yang mungkin menempel pada baju atau badan manusia.

Dijelaskannya desinfektan tidak digunakan pada kulit maupun selaput lendir, karena berisiko mengiritasi kulit dan berpotensi memicu kanker. “Hal ini berbeda dengan antiseptik yang memang ditujukan untuk desinfeksi pada permukaan kulit dan membran mukosa,” sambungnya.

Lebih lanjut, Fitri menyampaikan selain terkait pemahaman desinfektan dan antiseptik, juga digelar pelatihan terhadap masyarakat dalam pemanfaatan produk rumahan sebagai bahan desinfektan dan antiseptik tersebut.

Dilanjutkannya produk rumahan yang dapat digunakan menjadi desinfektan dapat berupa cairan pemutih baju (bayclin), cairan desinfektan (Detol) dan cairan pembersih lantai (Wipol dan Super Sol). Pemanfaatan produk-produk tersebut sebagai desinfektan mengikuti takaran menurut Kementerian Kesehatan RI yang disesuaikan antara jumlah cairan (Detol/Bayclin/Wipol/Super Sol) dengan jumlah air yang digunakan.

Menurutnya, hal ini agar cairan desinfektan yang dibuat dapat efektif menghambat atau membunuh mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur kecuali spora bakteri pada permukaan benda mati seperti lantai, furniture, dan ruangan.

Di samping itu, dengan mengetahui beberapa jenis produk rumahan sebagai desinfektan dan antiseptik akan memudahkan masyarakat dalam memberantas virus, bakteri dan patogen lainnya.

“Secara keseluruhan kegiatan tersebut berjalan sesuai rencana, harapannya kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan penggunaan antiseptik dan desinfektan yang benar, serta dapat memanfaatkan produk rumahan menjadi desinfektan sederhana,” tukasnya,”.*

Humas dan Protokol UNAND